New Post
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ranah 3 Warna
Ranah 3 Warna |
Pernahkah membaca atau mendengar: "Gantunglah mimpi setinggi langit, bila jatuh setidaknya engkau masih berada di antara bintang-bintang".
Hukum tersebut benar-benar berlaku dalam hidup sang tokoh, Alif. Seorang anak desa terpencil di sekitar Danau Meninjau, lulusan pondok pesantren, mampu menembus UMPTN! Diterima di salah satu PTN favorit di tanah Pasundan, Bandung. Yang sejak mondok bermimpi bisa menginjakkan kaki ke daratan Amerika, some how, suatu hari bisa sampai ke Kanada tanpa biaya. Tiga (3) ranah berbeda yang dulu angan impian belaka, mampu menjelma menjadi kenyataan.
Apakah hanya sekadar bermimpi? tentu tidak! Semua itu diwujudkan dengan usaha yang diatas rata-rata, jerih payah, tak bosan berdo'a, tawakal dan sabar. Terlihat jurus umum saja yang banyak diketahui khalayak. Memang benar, tapi bila dihadapkan pada badai kehidupan yang menerpa Alif. Kurasa tak banyak orang mampu menggunakan jurus umum tersebut, dengan sadar, dengan sabar.
Sedahsyat apakah badai yang menerjang kehidupan sang tokoh, benar-benar kita juga kan merasakan laranya.
Menjadi yatim membuat Alif tergolong mahasiswa miskin yang harus berjuang, membanting tulang, memeras otak untuk membiayai hidup dan kuliahnya sendiri. Segala ikhtiar ia lakoni untuk membeli makanan dan membayar kamar kostnya. Dari berjualan minyak wangi, jadi guru les privat hingga penulis lepas. Hingga ia yakin akan satu pilihan usahanya, fokus dengan kekuatannya, menajamkan keahliannya, rejeki lebih terbuka pada akhirnya.
Siapa yang Bersabar akan Beruntung |
Lantas, saat kesempatan studi di luar negeri itu ada, maka diupayakannya dengan segenap kemampuan. Kesempatan itu emas, jangan sampai lepas dan berpindah tangan. Ujian kompetensi cukup mudah ditaklukkan oleh seorang Alif yang telah beberapa kali lancung ke ujian yang berat. Seperti pengetahuan umum dan bahasa Inggris. Tes uji bakat kesenian ini yang membuat Alif jungkir balik memikirkan bakat seni apa yang mampu ia tampilkan dengan apik. Karena sepertinya tidak ada darah seni setetespun dalam aliran darah seorang Alif. Lantas, bagaimana bisa Alif mampu menembus tes seleksi mahasiswa berprestasi mewakili Indonesia ke Kanada? Sisi bakat apa yang mampu menggeser poin penilaian para dewan juri, sangat menarik untuk diulik dalam kisahnya.
Baca juga:
Mimpi itu menjadi nyata. Alif benar-benar menginjakkan kaki di daratan Amerika, khususnya Kanada. Setelah menempuh puluhan jam dari negara transit di Timur Tengah. Ya, bonus mimpi itu ada dan nyata juga, Alif juga menginjakkan kaki ke daratan Asia Tengah saat transit, menuju Kanada. Bahkan, bonusnya ini cukup lama dinikmati karena adanya insiden, yang tak kalah menawan tuk disimak.
Warna tanah Kanada saat itu terasa berbeda warna dan teksturnya dari tanah yang jamak ia jumpai di negeri sendiri. Lebih merah dan sandy. Pohon pohon maple kala itu sedang bersemi sumringah, dedauanannya berguguran, khas corak dan aromanya kental menempel di ingatan dan sensor penciuman. Suasana kota di belahan separuh bumi lain dari tanah air ini sangat berbeda, dari penduduknya, tata kota, udara, cuaca, angin, makanan, minuman dan bahasa yang menggema seantero kota.
Membacanya seakan membawa kita ke Kanada secara nyata dan harapan ingin juga dimampukan kesana. Walaupun hawa dingin yang tak bisa diusir dengan baju bertumpuk, tetap tak menghapus pesona negara dekat kutub utara ini. Menarik juga di negara yang daratannya besar, berapa kalinya nusantara hanya hidup sejumlah orang tak lebih banyak dari penduduk Indonesia. Hidup dalam kecukupan dan kedamaian yang belum dimiliki merata oleh penduduk Indonesia. Pas Alif disana pas juga pemilihan umum besar akan masa depan negara bagian yang ada di Kanada. Tetap bergabung dengan Kanada atau berdiri sendiri menjadi negara Quebeq. Pemilu yang dilaksanakan dengan sangat elegan dan penuh kedamaian, sungguh menorehkan sejarah pemilu paling damai yang pernah disaksikan Alif secara nyata dan langsung di depan mata. Satu lagi yang buat hatinya trenyuh mengingat atmosfer politik dan demokratis di Indonesia.
Pemandangan Kanada |
Kegiatan Alif bersama kontingen mahasiswa perwakilan Indonesia untuk Kanada sangat beragam dan menorehkan juga sejarah. Hati jadi ikut bungah, bangga sekaligus haru dalam perjalanannya mengemban misi mulia tersebut. Serasa juga meraup ilmu, pelajaran, hikmah, pengalaman dan pertemanan selama hidup merantau di negeri orang. In the same time, ingin juga berada di posisi Alif. Karena begitu banyak kisah, rasa, karya, pemandangan dan pengalaman yang berharga, tak terlupa, seumur hidup seorang anak desa, anak perantauan.
Kisah rasa kagum pada lawan jenis, terpendam juga dalam hati seorang remaja ini juga diceritakan dalam buku ini. Membumbui buku ini menjadi lebih sedap dan menyehatkan. Apalagi dibaca juga oleh seorang anak remaja sepertinya, atau orang tua yang memiliki ananda menjelang remaja.
Selamat membaca dan merasa petualangan seorang anak desa di ranah 3 warna!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Postingan Populer
Merayakan Kemajuan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Yoga bersama Laskar Pencerah: Membuat Cakrawala Masa Depan Remaja Desa Tosari Lebih Cerah dan Luas
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat, setidaknya membuat readers tersenyum :)
Ditunggu feedbacknya di kolom komentar tapi jangan tinggalkan link hidup yaa!