Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Anak-Anak Totto-Chan : Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia

Anak-Anak Totto-Chan
Anak-Anak Totto-Chan

Anak-Anak Totto-Chan : Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia

Totto-Chan adalah seorang anak SD yang sekolahnya di gerbong kereta, di suatu kota di Jepang. Cerita bahagianya bersekolah di gerbong kereta ia tuliskan dalam buku Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela. Buku yang bercerita banyak tentang fitrah dan feeling anak ini best seller di beberapa negara hingga diterjemahkan lebih dari dua puluh bahasa di dunia! 

Totto-Chan kini dewasa, adalah Tetsuko Kuroyanagi, berhasil menjadi seorang penulis dan aktris serta punya banyak penggemar. Ia pun merasa terhormat diangkat menjadi Duta Kemanusiaan UNICEF. Pada buku Anak-Anak Totto-Chan : Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia, ia menceritakan kisah perjalanannya berkunjung ke banyak negara dan bertemu dengan anak-anak di seluruh dunia. 

Tentunya bukan perjalanan liburan dan banyak kesenangan, melainkan menjalani misi kemanusiaan. Bukan ke negara-negara indah nan nyaman. Namun, ke negara-negara miskin, berkembang dan tidak aman, dimana perang masih bergerjolak. Keterbatasan juga dialami Kuroyanagi selama kunjungannya, seperti: tinggal sementara di hotel bekas pembantaian, air sanitasi terbatas dan tidak bersih, perjalanan darat panjang melintasi gurun gersang dan bahkan menghindari badai pasir atau ranjau darat, terbang dengan dengan pesawat kecil dan mendarat di semak-semak. Demi bisa melihat langsung krisis kemanusiaan yang dialami oleh warga negara tersebut. Agar bisa memberitakan pada dunia tentang kesengsaran anak-anak, para ibu dan seluruh rakyat karena kemarau yang berkepanjangan, alam hijau yang tidak dirawat lestarikan, perang yang kejam! Harapannya banyak pihak yang terketuk untuk turut membantu menyelesaikan masalah-masalah besar dunia, masalah politik, perang, kekeringan, kesehatan dunia dan kesejahteraan anak dan ibu. Juga, agar banyak manusia yang lebih peduli terhadap manusia lainnya walau berbeda negara, etnis dan agama, hingga ringan tangan memberi sumbangan dan bantuan. 

Kunjungan Kuroyanagi ke benua hitam, seperti Tanzania, Angola, Zimbabwe, Nigeria, Ethiopia, Sudan, Rwanda dan Mozambik bertemu dengan banyak anak yang sangat kurus, seperti tengkorak berjalan, namun perutnya buncit. Kekeringan ekstrim, panas diluar batas karena lebih setahun hujan belum kunjung turun. Air sedikit, tanaman tak tumbuh, gersang, hanya terlihat gurun tandus sepanjang mata memandang. Bahkan anak-anak Afrika itu tidak tahu dan tidak pernah berjumpa dengan Jerapah, Gajah dan Singa, yang kata anak-anak negara lain banyak terdapat di Afrika! Anak-anak itu lahir hanya berjumpa dengan kesengsaraan. Berteman dengan lapar dan miskin, ditambah serangan berbagai penyakit menular akibat meminum air sungai yang kotor!  Disamping alam yang keras dan gersang, perang juga merongrong kehidupan anak-anak dan keluarganya. Hingga banyak anak yang kehilangan orang tua, saudara dan hidup dalam ketakutan. Dengan tubuh yang hanya berbalut tulang dan kulit, banyak anak harus berjalan puluhan kilometer mengikuti orang dewasa untuk mengungsi. Mereka hidup di kamp-kamp pengungsian yang penuh, sesak, tidak layak, dan sedikit mendapat jatah makan. Menangis pun mereka tak mampu, banyak anak meregang nyawa dalam diam dan menyimpan segala sakit dan laranya. 

Asia yang subur juga tak luput dari masalah kemanusiaan. Sebagian besar kesengsaraan dan kekacauan beberapa negara Asia seperti India, Kamboja, Vietnam dan Bangladesh adalah dampak dari perang, penjajahan ataupun pemberontakan. Negara hancur, mundur dan minus. Belum ada pendapatan untuk menyediakan sanitasi higenis, pengadaan kesehatan memadai, pangan mencukupi, pendidikan merata dan lapangan pekerjaan. Banyak pernikahan di usia sangat muda, melahirkan bayi-bayi lemah, ditambah kekurangsiapan sang ibu, banyak anak meninggal belum mencapai usia 5 tahun. Sebagian besar karena penyakit diare, kolera dan disentri, yang semestinya bisa dicegah dengan vaksin! Namun vaksin tidak memungkinkan diupayakan karena kurangnya pendapatan  dan pasokan listrik yang tidak memadai. Kengerian perang jelas terlihat di negara Kamboja dan Vietnam. Bahkan kekejamannya masih meninggalkan bukti nyata. Ditemukan sekian ribu tengkorak manusia di suatu padang rumput, gedung-gedung tempat penyiksaan korban menyisakan banyak bercak darah manusia dan peralatan penyiksaan , candi yang patung-patungnya rusak tak berkepala, badannya penuh lubang peluru. Anak-anak menjadi yatim piatu, anak-anak hasil perkosaan para penjajah, anak-anak cacat fisik, anak-anak yang trauma, sungguh menyesakkan dada walau hanya mengetahui dengan tulisan.  

Tak beda jauh dengan Haiti, dampak perang sangat parah. Kota rusak dihuni oleh banyak bangunan liar, rumah kumuh, sanitasi buruk, sekolah-sekolah hancur. Keluarga rapuh, para suami banyak yang kabur, anak tak terurus, banyak yang terpaksa melacur untuk menyambung hidup. Anak-anak menjadi gelandangan, mencoba bertahan hidup sendiri karena orang tua yang tak peduli. Seks bebas merajalela, hingga ancaman AIDS dan berbagai penyakit lain merebak. Anak-anak mencoba mencari penghidupan sekaligus hiburan di jalanan, bersama teman-teman senasib. Sungguh memprihatinkan, melihat foto mereka tidur bertumpuk-tumpuk, mencari kehangatan dan keamanan. 


Anak-Anak Totto-Chan
Anak-Anak di Negara Perang


Sebuah negara yang dulunya rukun damai pun jadi hancur oleh sebab yang tidak jelas. Entah apa yang diperselisihkan, hingga tetangga jadi penyerang. Yugoslavia dulunya adalah negara yang indah yang didiami oleh beberapa suku bangsa dan agama. Katolik, Kristen dan Islam. Etnis Serbia, Bosnia, Montenegro dan lainnya. Kini terpecah belah, penuh luka. Entah apa pemicunya mereka jadi saling berselisih, bermusuhan hingga perang yang cukup panjang. Akibatnya, banyak orang terbunuh, pusat keramaian di bom, jalanan berbahaya, keluarga meninggalkan rumahnya, sekolah-sekolah ditembaki. Kuroyanagi mendatangi negara tersebut setelah 6 bulan perjanjian perdamaian disepakati dan ditandatangani pihak yang bertikai. Namun, hawa disana masih terasa 'panas'. Ancaman ribuan ranjau darat masih banyak tertanam. Snipper masih mengintai dari jarak jauh, tak melihat siapa targetnya. Segala jenis bom tangan yang dibuat semenarik mungkin, seperti hiasan natal, menyerupai cone ice cream, bola lonceng, bom dalam boneka anak, mengancam anak-anak di negara yang bertikai itu. Baru  disini ia menemukan hal kejam seperti ini! Sungguh kejam, bom demikian diciptakan spesifik untuk membunuh anak! Anak-anak itu sebagian masih bisa bersekolah di bekas sekolah yang temboknya banyak lubang atau di bunker. Tidak banyak guru pengajar, karena banyak terbunuh, atau masih di pengungsian. Di sekolah yang ia lihat banyak sekali gambar jenis-jenis bom dan ranjau. Anak-anak diajarkan cara mengidentifikasi kemungkinan bom dan cara melindungi dirinya. Materi dasar yang seharusnya diajarkan pada anak dikesampingkan dulu. Anak-anak yang tumbuh dengan trauma dan ketakutan yang mendalam tentu mengalami luka psikologis. Sebagian besar mereka susah tersenyum, susah tidur, atau sering terbangun dalam tidurnya, terlebih yang melihat tewasnya orang tua, saudara atau temannya. Sungguh pilu hidup anak-anak itu.

Baca juga:
Super Son, Great Mom

Rantau Muara

Dalam situasi semengerikan itu, anak-anak yang kelaparan dan trauma, memang susah tersenyum, apalagi tertawa. Seakan mereka tidak memiliki harapan dan masa depan. Namun, mereka tidak pernah terpikir untuk bunuh diri! Sedang di Jepang, anak-anak ada yang bunuh diri! hingga Totto Chan ingin berteriak keras-keras pada anak-anak Jepang, yang negaranya makmur dan keberlimpahan, baca buku ini! Hingga tau bagaimana sengsaranya mereka yang kelaparan, ketakutan serta trauma. Agar sesama anak saling berkata, "Mari berdamai, bergandengan tangan menjalani hidup bersama".

Ceritakan pada anak-anakmu, saat ia mengeluh karena ibunya hanya menyuguhkan lauk tahu tempe, bahwa di negara lain banyak anak yang berhari-hari tidak makan hingga busung lapar. Jika anak-anakmu malas pergi sekolah, banyak anak di belahan bumi lain sekolahnya hancur kena bom. Jika anak-anakmu ngambek karena tidak dituruti keinginannya pergi ke zoo, faktanya anak-anak Afrika bahkan tidak pernah bertemu langsung ataupun melihat gambar gajah dan jerapah! 

Luar biasa tabah dan kuat anak-anak dibalik tubuhnya yang lemah dan jiwanya yang terguncang, sering terucap harapan dan doa yang tulus agar semua bisa lebih indah kedepannya. Semoga tercipta bumi yang damai untuk tempat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan bahagia. 

Komentar

Postingan Populer