Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Ternyata untuk bersikap bodo amat itu ada seni dan ilmunya guys, buku ini mengajarkan itu. Kenapa perlu bersikap bodo amat? Bodo amat pada apa nih? Awal membaca judul saja  sudah banyak tanda tanya di kepala. Apalagi filosofinya bisa dibilang anti mainstream. Seperti: "Jangan jadi istimewa, jangan jadi unik. Nyatakan diri Anda dengan cara yang paling biasa dan paling sederhana, ini sangat memerdekakan". Kutipan aneh lain: "Jangan temukan diri Anda. Jangan kenali diri Anda". Lho, bukannya lebih bijak bila kita mengenali diri sendiri dengan segenap potensi yang dimiliki. Menurut penulis: "Karena inilah yang akan memaksa Anda untuk tetap rendah hati dalam penilaian Anda  dan menerima berbagai perbedaan dari banyak orang. Gimana, mulai sepakat dengan teori buku ini? Mari kita kupas ulas. 

Jangan Jadi Istimewa

Menjadi someone special, istimewa, top, famous atau luar biasa mungkin impian dan target banyak orang. Lantas, kenapa jangan jadi istimewa? Begini penjelasan sang penulis:

Meyakini diri sebagai orang yang istimewa adalah strategi yang gagal. Ini hanya membuat Anda 'tinggi'/nge-fly. Tapi itu bukan kebahagiaan. Sebagian besar dari antara kita bisa dikategorikan 'biasa-biasa saja' pada hampir semua hal yang kita kerjakan. Bahkan meskipun Anda istimewa di suatu hal, kemungkinan  yang ada adalah bahwa Anda berada di tengah-tengah atau justru di bawah rata-rata pada hal lainnya. Seperti itulah kodrat kehidupan. Agar bisa benar-benar luar biasa pada suatu hal, Anda harus mendedikasikan waktu dan energi yang sedemikian besar terhadapnya. Dan karena kita semua memiliki waktu dan energi yang terbatas, hanya sedikit dari antara kita yang bisa menjadi istimewa di lebih dari satu bidang. 

Menjadi 'rata-rata' telah dianggap sebagai sebuah standar baru kegagalan. Banyak orang takut menerima diri mereka yang sedang-sedang saja karena mereka yakin jika mereka menerimanya, mereka tidak akan pernah mencapai apa pun, tidak pernah berubah jadi lebih baik, dan hidup mereka tidak akan memiliki arti. 

Segala nasihat tentang 'setiap orang bisa menjadi luar biasa dan meraih kesuksesan besar' pada dasarnya hanyalah menyenangkan ego Anda. Ini adalah sebuah pesan yang membuat Anda merasa enak dan lega, namun pada kenyataannya, ini ibarat kalori yang membuat Anda secara emosional gemuk dan membengkak, seperti Big Mac untuk jiwa dan benak Anda. 

Tiket untuk meraih kesehatan emosional, sama halnya dengan kesehatan fisik, datang dari sayur-sayuran yang Anda makan. Yaitu, menerima kebenaran hidup yang hambar dan biasa. Resep sayuran ini akan terasa pahit awalnya, tidak enak. Namun sekali tercerna, tubuh Anda akan terbangun dengan perasaan lebih kokoh dan lebih hidup. Pengetahuan dan penerimaan terhadap eksistensi Anda sendiri yang sedang-sedang saja akan benar-benar membebaskan Anda untuk menuntaskan apa yang sungguh ingin Anda selesaikan, tanpa penilaian atau ekspektasi yang muluk-muluk. 

Anda akan mampu mengapresiasi pengalaman-pengalaman sederhana di hidup: menikmati pertemanan yang sederhana, membantu orang lain, membaca buku, tertawa dan mengobrol dengan orang terdekat. Terdengar membosankan, ya? Terkesan biasa saja. Namun juga mungkin karena satu alasan: itulah yang benar-benar berarti.

Tambahnya lagi: "Berhenti memaksa diri untuk menjadi 'positif' di setiap saat. Bisa jadi seringnya hal-hal negatif yang terjadi membuat kita lebih sadar diri dan mendorong kita menjadi lebih baik".

Bawang Kesadaran Diri

'Membangunkan' kesadaran diri ternyata tidak mudah, meski itu ada di dalam diri sendiri. Sungguh sesuatu yang dekat dan dalam, mungkin perlu dibangkitkan dengan cara berbeda dan juga mungkin oleh orang di luar diri. 

Kesadaran diri ibarat sesiung bawang. Punya banyak lapisan, semakin cepat kita mengupas lapisan demi lapisan, semakin cepat kita menangis tanpa disangka-sangka. Lapisan pertama bawang kesadaran diri adalah pemahaman yang sederhana terhadap emosi seseorang. Lapisan kedua adalah kemampuan untuk bertanya mengapa kita merasakan emosi tertentu. Lapisan ketiga adalah 'mengapa saya menganggap ini sebagai kesuksesan dan kegagalan? Bagaimana saya bisa mengukur diri saya? Dengan standar apa saya menilai diri saya dan setiap orang di sekitar kita?'

Bawang Kesadaran Diri
Bawang Kesadaran Diri

Tingkat ini yang memerlukan pertanyaan dan usaha yang terus menerus. Hal inilah yang paling penting, karena nilai-nilai yang kita pegang menentukan hakekat permasalahan kita. Dan, hakekat permasalahan kita menentukan kualitas hidup kita. 

Nilai mendasari segala hal yang berhubungan dengan diri kita dan apa yang kita lakukan. Jika nilai-nilai yang kita anut tidak bermanfaat, mengukur kesuksesan atau kegagalan dengan gegabah. Semuanya bisa rusak. Menurut Manson (2022) Nilai-nilai yang baik, yakni : (1) berdasarkan pada kenyataan, (2) Membangun secara sosial, dan (3) segera dan dapat dikendalikan. 

Kesadaran dibangunkan dari dasar diri, naik ketengah-tengah hati hingga sampai ke nalar otak. Mengerti bahwa manusia tidak sempurna dan terbatas. Maka, terima segala keterbatasan kita, ketidakmampuan, kesalahan, kekeliruan , kegagalan. Mengakrabi rasa ketakutan, ketidakpastian, ketidaktahuan. Tepat saat kita berhenti melarikan diri dari mengelak dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan, saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri. 

Maka, sepatutnya fokus pada nilai-nilai yang diyakini hakiki dan bernilai dalam hidup. Berani memilih apa yang perlu kita pedulikan dan apa yang kita pikir bodo amat. Bertanggung jawab penuh atas masalah sendiri, bukan melemparkan dan bahkan merasa orang lain yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam hidup kita, dan apa yang kita rasakan, walaupun 100% masalah itu disebabkan oleh orang lain tersebut. 

Membaca sub bab Bawang Kesadaran banyak membawa pemahaman diri yang hakiki. Memang ada perlunya satu waktu kita alokasikan diri untuk kontemplasi, banyak bertanya pada diri sendiri, demikian agar tidak banyak menuntut orang lain bertanggung jawab atas apa yang kita alami, atau kondisi yang tak sesuai dengan planning. 

Baca juga:

Misteri Otak Kanan Manusia.html 

Rantau Muara 

Bahagia itu Masalah

Bahagia sama dengan masalah? Artinya perlu dipecahkan? Ya! Menurut Manson (2022) untuk menjadi bahagia, kita memerlukan sesuatu untuk dipecahkan. Ini adalah suatu kegiatan, bukan sesuatu yang diam-diam diberikan kepada kita. Kebahagian merupakan proses kerja yang spontan, begitu juga dengan memecahkan masalah-solusi terhadap masalah kita hari ini akan meletakkan pondasi untuk masalah di esok hari dan seterusnya. Kebahagiaan sejati akan terwujud jika Anda menemukan masalah,  menerimanya dan menikmati proses pemecahannya. 

Sayangnya bagi banyak orang, tidak mudah menikmati masalah, sehingga bahagia tidak bisa diraih. Itu karena mereka menghadapi masalah dengan:

  1. Penyangkalan: mengingkari kenyataan bahwa mereka punya masalah. 
  2. Mentalitas korban: menyalahkan orang lain atas masalah mereka atau menyalahkan situasi di luar diri mereka. 
Menurutku part ini benar-benar merevitalisasi makna bahagia. Sungguh orang yang mengharapkan hidupnya tanpa masalah, ringan dengan sedikit usaha, akan susah berjumpa dengan bahagia. Cintai masalah dan nikmati proses pemecahannya, bahagia akan hadir di sela-selanya. 

Sebuah Seni untuk Bersikap Masa Bodoh

Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat menggugah rasa dan nalar kita untuk berani dan bijak memilih apa yang perlu kita pedulikan dan apa yang kita pikir bodo amat. Membantu kita berpikir lebih jelas dan mengerti seni bersikap masa bodoh. 

Seni #1: Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. 

Seni #2: Untuk bisa mengatakan 'bodoh amat' pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.

Seni #3: Entah Anda sadari atau tidak, Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. 

Jadi, bersikap masa bodoh bukan cuek bebek, psikopat, don't care everything! Kita hanya perlu berpikir dan memilih dengan tepat, perhatian dan energi dicurahkan pada apa yang patut kita perjuangkan, sesuai nilai hidup yang mulia. 

Bodo amat atau peduli pada apa saja yang patut kita perjuangkan dibahas dan dikisahkan dibuku ini dengan moment dan perbincangan yang serius dan mendalam, dibungkus dengan kisah-kisah menghibur dan juga dramatis serta humor yang agak vulgar khas American. Isinya beragam, tidak melulu narasi yang mendidik atau mengajari, namun dibawa ke kisah-kisah yang bold dan menggugah. Membaca Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat sungguh menarik dan nyeni. Di awal dan beberapa bagian menahan untuk meneruskan karena pemahaman saya yang agak menyangkal, namun bila dituntaskan pada bagian tersebut saya pun mulai mengangguk-angguk, setuju. Pengalaman membaca Anda mungkin berbeda, coba baca saya, sungguh tak ada ruginya:)


Ulasan buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat 

Penulis: Mark Manson

Penerbit. Grasindo, 2022


Komentar

Postingan Populer