Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Ego is the Enemy

Ego is the Enemy
Ego is the Enemy

Tajam, begitu kesan pertama melihat sampul buku Ego is the Enemy. Sebilah pedang menghujam huruf O pada EGO. Tajam, sama halnya yang dirasa saat membaca tajuknya. Serba tajam! Ya, saya rasa. Membaca buku Ego is the Enemy tepat sasaran, to the poin, tidak bertele-tele, isinya padat, daging semua, tapi herannya, jumlah halamannya banyak! Itulah hebatnya buku ini! Betapa simultan pembahasannya, menghujam hingga ke relung kalbu terdalam. Pemahaman teori dan psikologi diilustrasikan dengan beragam kisah hidup tokoh-tokoh dunia yang dramatis, heroik dan ada juga tragis. Kemudian didefinisikan dengan pengertian yang mudah namun menggugah. Nyaman dirasa, menyentuh kalbu, diterima logika pembaca. 

Bagi orang awam seperti saya, mengartikan ego dengan ke-aku-an, berpusat pada diri sendiri (pikirnya, maunya, inginnya dan harapnya sesuai diri sendiri). Semula nilainya netral cenderung negatif, menurut saya. Hanya sebatas itu saja pemahamannya. Setamat membaca buku Ego is the Enemy, pemahaman saya makin meluas terhadapnya. Betapa sebuah ego itu bisa bertransformasi menjadi beragam rupa saat merasuk ke sanubari para manusia. Bisa menjelma menjadi serakah, kecerobohan, ketidakpedulian, kepura-puraan, pecundang, kesombongan, keegoisan dan wajah lainnya. Ulahnya semata untuk pemuasan diri sesaat, tanpa berpayah-payah menggiring manusia pada jurang kehancuran. Sepaham saya, serupa dengan cara kerja setan! Apakah benar setan itu, salah satunya bernama EGO? 

Mari kita pahami bersama bagaimana seorang Ryan Holiday mengenalkan beragam wajah EGO. Tak lain, agar kita selekasnya mengidentifikasi bila ia mulai merasuki hati, mencegahnya agar tidak berkuasa, tidak menyetir diri ini, hingga meracuni daya pikir. Karena, itu bisa bahaya sekali bagi jati diri dan sekeliling. 

Apa itu Ego?

Buku Ego is the Enemy bukanlah buku tentang ego dari sisi Freud. Freud sering memberikan penjelasan ego dengan menggunakan analogi- ego adalah penunggang kuda dan pikiran tidak sadar kita mewakili si kuda itu sendiri, ego selalu berusaha untuk mengendalikannya. Di sisi lain, para psikolog modern menggunakan kata "narsistik" untuk menggambarkan orang-orang yang sangat berfokus pada diri mereka sendiri tanpa memedulikan orang lain. Semua definisi itu benar, namun memiliki sedikit perbedaan dengan istilah medisnya.

Ego yang sering kita lihat dan rasakan dapat didefinisikan secara umum sebagai: kepercayaan yang tidak sehat terhadap kepentingan sendiri. Sombong. Ambisi yang terpusat pada diri sendiri. Definisi inilah yang akan digunakan dalam buku buku Ego is the Enemy. Seperti sisi anak kecil pemarah yang berada dalam diri setiap orang, yang memilih atau melakukan sesuatu hanya berdasarkan keinginannya di atas segalanya. Kebutuhan untuk selalu menjadi yang lebih dari orang lain dan dikenal sebagai sesuatu, mengalahkan segala kebutuhan yang masuk akal. Ego adalah perasaan superior dan keyakinan yang melebihi kepercayaan diri dan kemampuan. 

Ego selalu ada pada setiap akar permasalahan dan halangan yang ada, mulai dari sebab kita kalah sampai penyebab kita tidak dapat terus-menerus menang, bahkan juga ada pada permasalahan terhadap orang lain. Dari kenapa kita tidak dapat memiliki apa yang kita inginkan sampai pada kenapa saat kita memiliki yang kita inginkan, kita tidak juga merasa lebih baik. Ego mengusir kebaikan dan kesempatan serta menarik musuh dan kesalahan. 

Pada setiap awal perjalanan kita bersemangat sekaligus gugup. kita kemudian mencari cara dari luar untuk membuat diri kita nyaman ketimbang mencarinya dari dalam diri sendiri. Ada sisi lemah dalam diri kita yang tidak buruk juga sebenarnya, tetapi pada akhirnya masih ingin mendapatkan penghargaan dan perhatian dari publik ketika kita telah melakukannya. Sisi itulah yang kita sebut ego.

Apa yang Harus Diperbuat kepada Ego?

Ego bukanlah kekuatan yang harus dipuaskan pada setiap kesempatan. Ego dapat diatur. Ego dapat diarahkan. Dalam buku buku Ego is the Enemy, dikisahkan beberapa pergulatan orang-orang terkenal, orang-orang sukses dan juga orang-orang gagal dengan ego mereka. 

Yang ditemukan pada orang-orang hebat namun rendah hati itu adalah mereka memiliki dasar, berhati-hati dan realistis. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak memiliki ego sama sekali. Akan tetapi mereka tahu cara meredamnya, menyalurkannya dan melepaskannya ketika ego muncul. 

Kita bisa mempelajari kerendahan hati mereka. Beberapa orang memilih ego. Beberapa mempersiapkan diri untuk perubahan nasib, positif ataupun negatif. Yang lainnya tidak siap. Yang mana yang akan Anda pilih?Akan menjadi siapakah Anda? 

Baca juga:

Atomic Habit

sebuah seni untuk bersikap bodo amat 


Untuk Semua Kesuksesan yang Anda Raih, Ego adalah Musuhnya!


Di sini kita berdiri di puncak gunung yang kita taklukkan atau setidaknya kita sudah dapat melihat puncaknya. sekarang kita akan menghadapi godaan dan masalah baru. kita menghirup udara yang lebih tipis dalam lingkungan yang tak kenal belas kasihan. Mengapa kesuksesan tidak berlangsung selamanya? Karena ego menghentikannya. Apakah Anda nanti akan mengalami kejatuhan yang dramatis atau kegagalan yang perlahan, ini selalu mungkin terjadi. Kita berhenti belajar, kita berhenti mendengar, dan kita kehilangan pegangan. Kita menjadi korban dari diri sendiri dan kompetisi. ketenangan, keterbukaan pikiran, kreasi dan tujuan, yang akan menjadi penyeimbang kuat. Mereka akan menyeimbangkan ego dan kebanggaan yang muncul dari pencapaian dan pengakuan.

Dengan adanya pencapaian, terdapat tekanan yang datang untuk menganggap kita mengetahui lebih banyak dari yang kita ketahui. Itulah kekhawatiran dan resikonya. Terserah apa saja yang telah Anda lakukan sampai titik ini, akan lebih baik jika Anda tetap menjadi seorang pembelajar. Jika tidak belajar, Anda sudah mati. Sikap rendah hati adalah jurus peredam ego. Seorang yang rendah hati akan selalu melihat dan mendengar sehingga akan menjadi semakin baik. mereka tidak merasa "Saya tahu caranya". Sekalipun pembelajaran itu merupakan pembelajaran yang pernah anda pelajari, kita tidak boleh membiarkan ego melarang diri kita untuk mengulanginya lagi.

Apapun Kegagalan dan Tantangan yang Mungkin Anda Raih, Ego adalah Musuhnya!


Kita akan merasakan percobaan dalam setiap perjalanan. Mungkin kita gagal, mungkin saja tujuan kita ternyata lebih sulit dicapai daripada yang kita bayangkan. Tidak ada sukses yang permanen dan tidak semua orang dapat mencapai kesuksesan pada percobaan pertama. Kita semua akan menghadapi kemunduran sepanjang perjalanan, ego bukan hanya membuat kita tidak siap menghadapi masalah ini melainkan juga seringkali menjadi salah satu alasan munculnya masalah itu. Untuk melaluinya, untuk bangkit kembali, membutuhkan orientasi ulang dan peningkatan kesadaran diri (mawas diri). Kita tidak perlu mengasihani diri sendiri atau orang lain, yang kita butuhkan adalah tujuan ketenangan dan kesabaran.

Yang akan melakukan segala cara untuk menghindari kegagalan akan melakukan sesuatu yang akan membawanya menuju kegagalan. Kegagalan yang sebenarnya adalah meninggalkan prinsip Anda,  membunuh apa yang Anda cintai karena tidak dapat berpisah darinya, adalah hal yang bodoh dan egois.


EGO IS THE ENEMY. OBSTACLE IS THE WAY


Apa yang Bisa Dipelajari dari Buku Ini

Terdapat sebuah kutipan dari Bismarck yang mengatakan, setiap orang bodoh dapat belajar dari pengalaman karena efek jera. Sekarang yang kita gunakan merupakan pengalaman orang lainBerlatih mirip seperti menyapu. karena kita melakukannya sekali tidak berarti lantai yang kita sapu akan bersih selamanya. Setiap hari akan ada debu yang datang kembali. setiap hari kita harus menyapu. Sama halnya dengan melatih diri dalam 'memperlakukan ego'. 


Secara sederhana, buku ini akan membantu kita menjadi:
  • Rendah hati dalam menyampaikan aspirasi
  • Bersyukur terhadap kesuksesan kita
  • Cepat bangkit dari kegagalan kita
Buku Ego is the Enemy sangat direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan self controll. Salah satu kemampuan yang sangat menentukan kesuksesan dan ketenangan hidup kita. Tidak hanya banyak halamannya, sarat juga pemahaman yang mendasar, yang bisa diterima global. Saat Anda merasa EGO mulai merasuki hati, recalling slogan Ryan Holiday ini: 
EGO IS THE ENEMY. OBSTACLE IS THE WAY


Ulasan buku 

Judul : Ego is the Enemy

Penulis: Ryan Holiday

Penerbit. Elex Media Komputindo, Jakarta

Tahun : 2019

Tebal: 267 halaman


 


Komentar

Postingan Populer