Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Rantau Muara

Rantau Muara A Fuadi
Rantau Muara


Rantau Muara adalah buku ketiga karya A. Fuadi. Buku terakhir serangkaian buku trilogi buah pena penulis sekaligus wartawan ini melengkapi dua karya sebelumnya. Maka, lebih sempurna bila menyimak 3 buku tersebut.

Buku pertama: Negeri 5 Menara menceritakan masa belajar penulis di suatu pondok pesantren. Sekolah setingkat SMU yang semula dijalani karena keharusan dan keterpaksaan, pada akhirnya terasa sebagai suatu keberkahan dan pilihan mulia karena begitu banyak ilmu, pelajaran dan pengalaman yang dienyam selama pendidikan disana. 

Buku kedua: Ranah 3 Warna. Berkisah perjuangan Alif menyelesaikan pendidikan sarjana, dalam kondisi ekonomi sulit, setelah berpulangnya sang Ayah. Pendidikan yang ditempuh dengan peluh, perjuangan dan air mata. Pendidikan yang awalnya tak disangka bisa ditembus oleh seorang lulusan pesantren, berkat belajar keras dan doa tiada putusnya, ia mampu lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Lantas, impiannya bisa menginjakkan kaki di benua Amerika. yang sejak di pondok ia angankan, some how menjadi kenyataan. Itu juga karena adanya kesempatan emas yang kemudian ia gunakan semaksimal mungkin dengan segenap potensi dan kepercayaan diri. Tiga ranah warna berhasil ia injak dan taklukkan dengan ikhtiar diatas rata-rata, doa dan air mata. Tiga 'lokasi emas' sukses ia injak dan taklukkan.

Baca juga:

Negeri 5 Menara

Ranah 3 Warna


Bagian Tuntas

Bisa dibilang buku Rantau Muara ini bagian akhir, menuntaskan buku-buku sebelumnya. Episode hidup Alif-sang tokoh- dalam masa dewasa, mencari tempat paling tepat dan nyaman untuknya berkarya serta kisah romannya menemukan jodoh, pasangan hidupnya. Adalah dua fase kehidupan yang erat related, berkarir kemudian menikah. 

Dimulai dari masa akhir kuliah yang kembali bokek sepulang dari Kanada. Kuliah yang diselesaikan dengan susah payah secara dana, akhirnya Alif lulus dengan nilai baik. Namun hidup setelah lulus itu yang kembali susah. Lulus di masa gejolak politik Indonesia sedang carut marut, ketika orde lama ditumbangkan oleh banyak gerakan mahasiswa dan masyarakat. Membuat lapangan kerja menyusut dan bahkan tertutup karena banyak perusahaan yang gulung tikar, dampak nilai rupiah yang  terjun bebas terhadap dolar. Kondisi dalam negeri yang tak aman lagi mencekam, terutama di sekitar ibukota. Berdampak pada kesempatan kerja yang mandeg pula.

Sebagai lulusan PTN yang gemilang, tak menjamin Alif segera mendapat pekerjaan. Sebenarnya pekerjaan apa saja rela Alif jalani asalkan bisa memberinya pendapatan untuk makan dan kirim uang ke kampung halaman. Lagi-lagi berkat pertolongan Yang Maha Kuasa, Alif mendapat kesempatan kerja di sebuah surat kabar yang baru 'hidup'. Surat kabar yang sangat berani, apa adanya, tak memihak, karena itu selama ini mereka bekerja 'di bawah tanah' untuk kucing-kucingan dengan pemerintah yang teramat sering mereka sindir, kupas, dan terang-terangan membuka bobroknya. Tanpa takut, tak mau suap. 

Berkarya di Ranah Idaman

Antara senang, gemetar dan gentar Alif menerima kesempatan kerja tersebut. Walau sifatnya masih sementara atau kontrak. Tapi sungguh kesempatan ini terbilang tantangan berat sekaligus membanggakan! Hanya orang-orang terpilih yang diberi kesempatan ini. Memang bukan surat kabar biasa menurutnya. Disini Alif berjumpa dan belajar dengan para kuli tinta yang militan. 'Berkabar' dengan etos kerja keras dan pantang disuap. Mengupas isu-isu masyarakat dan bangsa secara gamblang, faktual dan aktual. Menjadi surat kabar yang terpercaya, netral dan pro rakyat. 

Banyak topik atau judul kabar yang harus Alif kejar dan kupas dengan segenap daya, gagasan dan perencanaan yang diluar kepala. Karena berkaitan dengan narasumber yang sangat pelit bicara, susah dimintai keterangan, sangat sibuk, anti wartawan dan lain sebagainya. Tak jarang harus berkemah di depan rumah sang target narasumber hingga ber-midnight di kamar jenazah. Sungguh pekerjaan yang menantang dan jauh dari bosan. 

Apalagi sejak ada sesosok perempuan menawan yang baru masuk dalam tim redaksi. Yakin, sejak tatapan pertama dia adalah sosok istimewa yang mengetuk hati merah di dasar sanubarinya. Tak lagi bisa melupakan sorot mata indahnya, dan sepotong kenangan yang mengingatkan padanya. Masuknya Dinara, di tim redaksi, semakin menghujam rasa itu di jiwa Alif. Rasa penasaran, suka, ingin selalu dekat, cemburu, salah tingkah, cari perhatian, bercampur aduk bernama rasa cinta. Rasa yang sangat sulit dia ungkapkan, terus terang di hadapan sang pujaan. Karena berbagai pertimbangan, ketidakpedean, dan segala ketakutan yang tak beralasan. Membuat lidah Alif selalu kelu bila sudah bertemu. Seolah ini perkara berat, lebih berat dari target artikel yang harus diselesaikan. Membuat pembaca dibuat geregetan oleh 'kekeluan' Alif ini. Betapa satu kalimat sederhana "I love you" yang sangat singkat dikata, hanya dalam satu tarikan nafas, sungguh berat tertahan di lidah bujang minang ini. 

Penggalan Kisah di Paman Sam

Penggalan Kisah di Paman Sam Rantau Muara
Penggalan Kisah di Paman Sam


Hingga kesempatan itu makin menipis karena Alif berhasil menembus beasiswa kuliah S2 di luar negeri. Api makin jauh dari panggang, bagaimana bisa rasa cinta itu terungkap dan berbalas bila terpisah jarak dan waktu setengah benua? Menjadi satu segmen cerita yang makin seru untuk diikuti. Latar belakang yang bergeser ke negeri Paman Sam dan status Alif yang meningkat dan hidup yang mulai ramah. Membawa pembaca merasakan sensasi hidup yang mulai seru di negeri maju. Juga, didramatisir dengan sekelumit hidup Alif yang terdampak oleh tragedi WTC di Amerika beberapa tahun lampau. Sepintas kita bisa 'mengintip' pilunya tragedi tersebut. 

Pada akhirnya Alif memutuskan kembali ke tanah air, setelah lebih dari 5 tahun mengadu nasib disana dan menaklukkan negeri orang. Berani bermuara ke tanah buaian, setelah mengecap manisnya hidup di negara mapan. Mengapakah? Apa sebab keputusan yang terkesan 'sayang sekali' meninggalkan segala kemapaman disana? Baca dan simak buku Rantau Muara hingga tuntas, hingga muara pada simpulan dan senyuman kepahaman atau bisa juga masih menyisa geregetan. 


Komentar

Postingan Populer