Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Menggali ke Puncak Hati

Menggali ke puncak hati adalah buku religi yang bagus dibuat acuan untuk menajamkan 10 neraca perbaikan diri. Awalnya agak janggal di pilihan kata puncak hati, apalagi kata tersebut menyertai menggali. Menggali orientasinya pasti membongkar kedalaman, yang terpendam, misal menggali sumur, menggali tanah. Sedangkan puncak, otomatis kita membayangkan yang nampak tinggi menjulang, gunung, tugu, gedung dan lain sebagainya. Lantas kenapa keduanya disatukan oleh rangkaian kalimat? 

Sisi menariknya sudah muncul sejak sampul terdepan, tajuk dan gambar cover. Mengapa kita harus tahu cara menggali agar hati terkuak? bahwa ada neraca yang harus ditimbang sisi kanannya agar diri terus memperbaiki diri. Pemberat neraca kanan ini diterangkan cara-caranya dalam buku ini oleh Salim A. Fillah. Penulis yang konsisten berkarya di ranah ajaran Islam ini menerangkan dengan cukup sederhana dan mudah dipahami. Walaupun beberapa menukil ayat, hadist shohih dan kutipan atau lirik bernafaskan islam. 

Hati...dari sinilah semua bermula sebagai niat yang harus dijaga dan diperbaiki, juga bermuara sebagai ridha atas segala yang datang dari-Nya. Banyak hal yang mampu mengotori hati. Dari yang mudah dilap, dibersihkan, hingga yang membuat noda dalam hingga membekas. Karenanya, hati dijaga dari yang bisa dan mampu mengotori. 

Buku bertajuk Menggali ke Puncak Hati terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama: Cita Rasa; Aku dan Kau, Memukau! mencakup 5 bab. Bagian kedua: Alih Bentuk Kekayaan: Dari Materi ke Kualitas Diri. Juga mencakup 5 bab. 


Buku: Menggali ke Puncak Hati
Menggali ke Puncak Hati


Bagian pertama: Cita Rasa; Aku dan Kau, Memukau! 

Cita ibarat kenyataan yang ingin dicapai. Makanya (biasanya) digantung tinggi, setinggi langit, setidaknya walau nanti jatuh, kita masih berada diantara bintang-bintang. Begitu petuah orang tua dan orang kebanyakan. Dalam Al-Qur'an di surah 'Bintang' kita menemukan sebuah pertanyaan. Sebuah pertanyaan tentang cita yang dengannya Allah ingin menyadarkan akan siapa kita dan siapa Dia. 

Atau apakah manusia akan mendapat segala apa yang dicita-citakannya? Maka hanya milik Allah-lah akhirat dan juga dunia. (Q.s. An-Najm [53]:24-25)

Karena hanya milik Allah-lah akhirat dan juga dunia, maka banyak hal yang harus terjadi di luar cita. Maka, mengasah rasa kemudian menjadi pilihan yang menentramkan. Agar belokan-belokan cita menjadi petualangan yang terasa indah dalam singgah kita sejenak di dunia. 

Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal sesuatu itu amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu sangat buruk bagi kalian. Allah Mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui. (Q.s. Al-Baqarah [2]:216)

 Allah Maha Tahu, sedang kita tidak tahu. Belajar, berikhtiar, berdo'a, bertawakal meraih cita. Berbekal materi 5 bab berikut. Dasar-dasar pembentukan gaya hidup mukmin. Semoga ada kata yang menggetarkan jiwa. Semoga ada cinta yang mengaliri cita. Hingga aku dan kau, memukau! 

  1. Menjemput Keajaiban Dua Kalimat
  2. Sayang, Izinkan Aku Menghadap Rabbku
  3. Tentang Akhlaq
  4. Cintaku, Aku Menang Selalu!
  5. Siapa Takut Jatuh Kaya?!
Relate:

Negeri 5 Menara

Bagian kedua: Alih Bentuk Kekayaan: Dari Materi ke Kualitas Diri

Sahabat Rasulullah, Abu Bakar RA, pernah berdo'a: "Ya Allah, jadikan dunia di tanganku, dan jadikan akhirat di hatiku". Penggalan do'a ini mengajari kita banyak hal. Bahwa dunia hendaknya hanya ada dalam genggaman tangan, dalam kuasa dan pengelolaannya. Kekayaan yang ditimbun, sebanyak apa pun tak pernah memuliakan pemiliknya. Seseorang, hanya akan mulia dengan kualitas dirinya, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia lainya. 

Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing keduanya tetap terdapat kebaikan (H.r. Muslim)

Dirinci dalam bahasan bab-bab berikut. Membantu kita mengalih bentuk kekayaan yang material dan mudah hilang, menjadi sesuatu yang melekat pada diri kita. Dari sebuah cita, menjelma kerja, menjadi biasa dan akhirnya membentuk karakter unggul yang terpatri dalam diri, kilau dan memukau!

  1. Allah Suka Kalau Kita Perkasa
  2. Bikin Otak Selalu Ting!
  3. Atur Diri dan Berbarislah Agar Dicintai!
  4. Pedang Waktu di Leherku
  5. Sang Bunga Tak Mampu Menahan Semerbak Wanginya
Pada akhir setiap bab, ada tabel evaluasi capaian kita sekaligus program yang akan kita jalani sampai akhir hayat. Menggali ke puncak hati dengan segenap potensi yang dianugerahkan pada diri, demi perbaikan dan kebahagiaan diri. 

Menggali ke puncak hati adalah perjuangan menuju keikhlasan saat ktia berikrar: "Sesungguhnya shalatku, hidupku dan matiku, semuanya untuk Allah Rabb Semesta Alam. "

Suatu perjuangan yang tak kasat mata. Namun maha dahsyat dampaknya bila benar-benar sampai pada keikhlasan. Ketentraman, kebahagiaan dunia akhirat. Mari menggali ke puncak hati dengan segenap fisik dan niat baik ingin memperbaiki diri. 

Komentar

Postingan Populer