Langsung ke konten utama

New Post

Embracing si Inti

Dear reader,  Embracing si Inti, karena doi is my dearest reader. Maka, ingin ku peluk dan ku penuhi kebutuhannya. I called her si Inti, kependekan dari Intimacy of Hesti. Nama adalah do'a. Si Inti adalah harapan Hesti menjadi lebih akrab, lebih dekat dengan reader melalui karya tulisannya pada blog hestithinks.  Pembaca yang saya hormati, kamu akan sering menjumpai salam pembuka dengan sapaan dear reader. Karena pilihan diksinya sangat padan, kedua kata tersebut, termuat huruf e dan a. Juga, punya makna; sayang. Dear reader, terima kasih telah menyempatkan membaca tulisan di blog aku. I really appreciate.  Regards Persona si Inti Si Inti merupakan persona yang ku lahirkan dari buah imajinasi tentang pembaca setia  hestithinks.com . Penting melahirkan si Inti ini, agar aku jadi punya penunjuk arah dan guidance untuk mengisi dan menutrisi blog hestithinks. Menjawab pertanyaan si Inti dan memenuhi kebutuhan doi. Visualisasi Si Inti Si Inti ini perempuan muslimah yang menjaga aurat d

Laundry Hati

Laundry Hati


Melihat judul "Laundry Hati" di sampul samping sebuah buku otomatis menghentikan mata untuk memindai buku-buku yang berjejer di rak. Tangan spontan mengambil, 'menarik' pikirku saat itu. Judulnya tak jauh dari aktivitas keseharian ibu ibu macam aku yang banyak berkutat di dapur dan mengurusi laundry intern keluarga. Bukunya mungil, tak tebal pula. 

Macam mana cara me-laundry hati ini, mengusik tangan untuk membuka lembar demi lembar. Mengawali dengan membaca prakata dan ulasan singkat. Terbaca bila buku ini cukup singkat, padat dan jelas, mudah dikucek (bak cucian ya), dan memang sangat related dengan dunia ibu-ibu, yang katanya full galau, emosi dan erosi percaya diri. 

Kita adalah makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Melihat, mendengar, bertemu, berinteraksi deangan sesama kini tak hanya secara nyata, namun sudah biasa juga secara virtual. Meski fisik di rumah saja, sebaran influensi masih bisa mengotori hati.  

Tentu, hati yang dimaksud disini bukanlah organ dalam tubuh yang terletak dalam rongga perut sebelah kanan, di bawah diafragma. Hati adalah segumpal daging yang bersama akal dan nafsu bertanggung jawab dalam menolong, mengawal, mengendali struktur dan elemen jiwa yang lain (Tajuddin, 2015 dalam jurnal Reflektika Vol 11, No 11 Januari 2016 ).

“Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah ia adalah hati” (HR. Al-Bukhari)

Sehari-hari, raga kita beserta hati mengembara di dunia nyata yang penuh aktivitas, drama dan problema. Menyerap berbagai energi, emosi, respon sekeliling. Positif, negatif, netral, personal, komunal semua bercampur menjelaga di dada. Mencemari hati. Sadar atau tidak mengejawantah pada mimik muka dan tindak tanduk. Benar kah? Kebanyakan iya. Tapi bisa juga seseorang itu ajeg teteg menjadi dirinya yang flat, ga ekspresif, lurus bak rel kereta walau hatinya sedang berkecamuk. Kok bisa ya? Apakah seseorang itu pandai bersandiwara atau memang terlatih mengontrol diri. Banyak faktor!

Salah satunya bisa jadi ia punya 'sabun pembersih' yang efektif, sehingga apapun yang sempat mengotori hati langsung dicuci bersih, wangi dan bebas infeksi. Apa ya sabunnya? pada penasaran gak?? beberapa kisah dalam buku Laundry Hati ini bisa menjadi bahan sabun hati lho. Entah itu kisah diri penulis dengan pasangannya. Kisah LDM temannya dan juga kisah sang penjual apem di emperan. Kamu tentu punya variasi cerita lain yang diputar dalam kehidupan pribadimu, teman atau keluargamu dan juga orang-orang sekitarmu. Hikmah yang bisa dipetik dalam 'pelajaran-pelajaran hidup' tersebut bisa disarikan menjadi bahan sabun pembersih hati. Sabun limited edition. Efektif bila digunakan untuk mencuci bersih hati sendiri. Belum tentu bagi orang lain. Tapi, boleh juga berbagi, mungkin juga bermanfaat bagi orang lain. Seperti halnya buku Laundry Hati ini. 

Tugas kita adalah memaknai segala episode hidup yang berlaku dalam hidup ini. Memindai hikmah kisah hidup orang lain di sekeliling. Gak hanya butuh hati yang bersih. Hati yang kaya juga akan mengejawantah perilaku menjadi pribadi yang lebih pandai bersyukur dan berempati tinggi. Implikasinya diri mampu bahagia dan membahagiakan sekitarnya. Menebarkan semangat dan dampak positif. 

Sehari 24 jam dikali usia kita sekarang. Mungkin sekitar lebih sejuta peristiwa, kejadian kecil dan besar yang mewarnai kisah hidup. Mungkin juga lebih dari 100 orang yang pernah mampir terlibat sedikit maupun besar dalam episode film realita kita. Semua itu terangkai dalam bentuk frame kenangan yang teringat singkat, lama bahkan mudah terlupa. Itu durasi, yang terimplikasi dari dampak dan pengaruh pada hati sang pemeran utama, yakni diri sendiri. Kenangan apa yang membekas lama, melukai ataukah membungakan hati, menusuk tajam dan pilu ataukah yang buat haru biru. Itulah yang mendominasi memori. Kewenangan kita mengatur ulang memori diri. Mau di delete, di keep di file terdalam atau folder termuka. Kewenangan tersebut sama halnya mengatur tingkat kebersihan hati. Mau dibiarkan kotor kian menghitam. Ataukah senantiasa dijaga kebersihannya, sesering mungkin dicuci bila terasa 'ngeres' dan sesak. 

Membaca buku Laundry Hati ini ringan saja, gampang diserap. Banyak contoh-contoh 'sabun dan cara mencuci hati' diceritakan di buku ini dengan gaya bahasa yang ringan, nyaman mengalir, dan kocak pula. Tidak ada kesan menggurui apalagi mendoseni:) Bila sudah tau sabun dan cara mencuci, yuk laundry hati!



Komentar

Postingan Populer