Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Langkah Pertama Menuju Hidup Berkelanjutan


Start from me, start from within


langkah pertama menuju hidup berkelanjutan
langkah pertama menuju hidup berkelanjutan


Suatu perjalanan diawali dengan langkah pertama dalam mencapai tujuan. Suatu kemajuan diawali dengan langkah pertama maju kedepan. Tentukan goal dan segeralah awali dengan langkah pertama sebagai wujud action atau gerakan, bukan cita-cita semata. Fokus pada langkahmu, tak terasa tujuanmu sudah tak jauh, makin dekat di mata. Mengawali langkah ke depan kadang butuh dorongan kuat, strong why-nya apa, gali dan temukan alasannya. Karena ini yang kan menjadi bahan bakar perjalanan, untuk terus melangkah, terjaga semangatnya dan bahkan menularkan ke sekelilingnya.

Hidup yang sudah kita jalani selama usia kita sekarang, hidup yang seperti apa, hidup yang bagaimana? Coba renungkan! Apapun gaya hidup yang kita yakini sudah lurus, kita yakini sudah baik, akan lebih mulia bila selaras dengan alam dan berkelanjutan. 

Hidup bergaya apa yang kita jalani idealnya selaras dengan ajaran keyakinan yang kita anut dan selaras dengan alam tempat dimana kita hidup dan berada. Tempat kita berpijak, bumi beserta alam seisinya, apa kabarnya sekarang? isu-isu lingkungan tak henti mengabarkan bahwa bumi ini makin 'panas', cuaca ekstrim sering terjadi, penggundulan hutan, sampah menggunung, tercampur tak terolah, mencemari lingkungan. Sampah-sampah plastik mengotori lautan hingga termakan biota lautan, polusi udara makin pekat, dan masih banyak lagi.

Hidup berkelanjutan (sustainable living) adalah gaya hidup yang berkesadaran mengurangi penggunaan sumber daya alam, mengurangi jejak karbon, ramah lingkungan dan selaras dengan alam. Gaya hidup seperti ini yang idealnya kita jalani, agar bumi lestari dan berlanjut hingga ke anak cucu. Bumi ini bukan warisan namun pinjaman dari anak cucu, maka jangan dikembalikan dalam keadaan yang rusak, haruslah kita jaga, kita rawat agar anak cucu masih bisa hidup sehat diatasnya. Beragam cara implementasi sustainable living, seperti less waste, hidup minimalis, go green dan aktivitas lain yang ramah alam.

Dimulai dari diri sendiri, dimulai dari rumah sendiri, dimulai dari langkah kecil. Ya, gaya hidup berkelanjutan tidak bisa kita paksakan diikuti oleh orang lain. Fokus pada diri sendiri dulu, dan circle of controll kita. Bangun kesadaran diri bahwa hidup berkelanjutan adalah gaya hidup yang mulia dan diajarkan oleh keyakinan yang kita anut, maka jangan ragu menjadi laku dan kebiasaan. Sadar bahwa laku dan keputusan apapun akan berdampak pada tubuh kita sendiri dan alam sekitar, maka pikirkan sebelum buat keputusan, pertimbangkan sebelum bertindak. 

Kesadaran untuk mengubah gaya hidup sudah ada sejak beberapa tahun kebelakang, terpantik dari buku bacaan, dari pengaruh influencer yang konsisten menjalani hidup berkelanjutan dan berita-berita isu lingkungan. Menjalani hidup yang lebih taat dan bermakna. Langkah awal pun sudah dijejakkan, step-step kedepan terus maju walaupun belum terhitung pesat dan besar. Tak apa, perlahan tapi pasti dan ada aksi. 


Baca juga    :   

Kartini:kisah hidup seorang perempuan

Perempuan Literate                      


Diawali dengan mengurangi sampah plastik, membawa kantong sendiri saat berbelanja, membawa sedotan stainless steel. Dua item ini selalu available di tas pribadi, di bagasi motor dan mobil. Menolak kantong plastik, hanya mengambil  'lipstik'nya saja atau menolak kemasannya, tak jarang dibalas dengan tatapan heran, cibiran yang melabeli diri ini lebay dan sebagainya. Konsisten menerapkan ini, dan perlahan mengedukasi orang-orang terdekat akan isu sampah plastik yang makin menggunung menutupi bumi. Ini juga merupakan langkah upaya mengurangi sampah rumah tangga, selain aktivitas lain yang selaras

Mencegah lebih baik daripada memilah yang kan membuat lebih lelah. Beragam cara guna mencegah sampah plastik menumpuk di rumah. Diantaranya: membeli produk berkemasan besar, membawa wadah/ container sendiri saat beli masakan matang/ snack. Menulis notes untuk mengemas dengan packing minimal saat transaksi pembelian online. Sampah plastik yang masih dikeluarkan dari rumah (yang tak mampu dicegah), sebisa mungkin dimanfaatkan lagi, dicuci bersih untuk dikembalikan lagi ke tukang sayur. 


pemilahan dan pembuangan sampah organik


Mari memindai kebiasaan yang sedang dibangun di rumah. Memilah sampah juga cukup lama diterapkan di rumah, namun ujung-ujungnya juga berakhir di tong sampah, entah bagaimana nasibnya setelah dibawa petugas kebersihan. Kini, mulai belajar mengolah sampah. Dimulai dari mengolah sampah organik yang paling banyak dihasilkan dari dapur rumah. Contohnya: mengolah kulit nanas menjadi minuman fermentasi yang enak dan sehat, yaitu Tepache. Membuat juglangan untuk mengubur sampah organik. Belajar mengompos secara aerob. Itulah beberapa aktivitas dalam rangka memperlakukan sampah organik yang telah diterapkan di rumah. Next to do list adalah belajar membuat ecoenzym. 


penggunaan dan pemanfaatan bahan organik
penggunaan dan pemanfaatan bahan organik


Semenjak mengetahui bahwa penggunaan pestisida di lahan pertanian, perkebunan makin meluas dan sadar akan dampaknya pada bahan pangan yang dikonsumsi keluarga. Maka pola konsumsi keluarga kini perlahan bergeser ke organik dan raw. Berhubung diri ini belum mampu berkebun sendiri, maka stok bahan pangan organik disupply oleh pihak ketiga yang terpercaya konsisten memproduksi bahan pangan organik. Bahan pangan organik yang sering keluarga konsumsi antara lain: ayam broiler organik, telur ayam kampung, sayur-sayuran organik, beras organik. Diolah menjadi menu favorit keluarga dan kini lebih memilih konsumsi buah dan sayur mentah lebih banyak, dengan dilalap langsung, dibuat smoothies atau juice

Bahan pangan organik
Bahan pangan organik


Start small...its okay. Mungkin dengan mengganti busa penggosok cuci piring sekali pakai dengan bahan jaring yang bisa dicuci dan dipakai ulang. Mungkin dengan mengganti sikat gigi plastik dengan sikat gigi kayu. Atau apalah yang anda bisa dan mampu ubah, segera lakukan dan jadikan itu langkah pertama dan aksi nyata.


bahan jaring pencuci piring
bahan jaring pencuci piring



Anda mungkin punya cara lain yang lebih beragam, lebih ramah alam dan berdampak dalam menerapkan hidup yang berkelanjutan (sustainable living). Setidaknya langkah-langkah pertama yang saya terapkan ini adalah langkah nyata, langkah kedepan menuju hidup berkelanjutan. Langkah kecil, yang dimulai dari diri sendiri, dari kesadaran diri bagai sulut api kecil yang bisa membesar, menyambar sekeliling, untuk ikut sadar dan berpartisipasi membangun habit baik demi bumi yang kita cintai. 


Langkah kecil, yang dimulai dari diri sendiri, dari kesadaran diri bagai sulut api kecil yang bisa membesar, menyambar sekeliling, untuk ikut sadar dan berpartisipasi membangun habit baik demi bumi yang kita cintai. 




#sustainablelivingGR

#challenge3gp5

#menatadiri

#menatanegeri












Komentar

Postingan Populer