Dear Reader,
Kisah Surabaya Kota Pahlawan dan Hari Pahlawan tentu erat kaitannya. Ada kisah historik apa dibalik itu? Mari kita telusuri reader!
Siapa yang tak kenal kota Surabaya? Salah satu kota besar di Indonesia ini memiliki julukan Kota Pahlawan. Masyarakat Indonesia pun sudah banyak yang paham dengan julukan tersebut.
Tentu, perjuangan rakyat merebut kemerdekaan Indonesia tidak hanya terjadi di kota Surabaya. Pada jaman penjajahan, Belanda menguasai banyak daerah nusantara. Semua daerah pun berani melawan guna membebaskan diri dari belenggu penjajah. Pertempuran pnn pecah di daerah-daerah yang dihimpun dan dipimpin oleh para tokoh perjuangan. Tak sedikit yang gugur peperangan dari Tentara maupun rakyat biasa.
Merekalah para pahlawan bangsa. Bisakah reader sebut 10 nama pahlawan bangsa?
Surabaya Kota Pahlawan
Pahlawan ada di setiap daerah hingga pelosok Indonesia. Tentunya tidak hanya di Surabaya. Lantas, mengapa Surabaya dijuluki kota Pahlawan? Apakah karena hanya di Surabaya tercatat banyak pahlawan pada jamannya?
Dibalik gelar Surabaya sebagai kota Pahlawan, ada kisah historik yang patut kita ulik. Berikut adalah kisah di balik julukan Kota Pahlawan yang melekat kuat pada Surabaya. yang memuncak pada tanggal 10 November 1945.
Pertempuran Besar Melawan Sekutu-Belanda di Surabaya
Banyak peristiwa
bersejarah terjadi di kota ini. Terutama pertempuran besar pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bertepatan dengan akhir Perang Dunia II. Jepang minggat dari Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II. Namun, berganti datang pasukan Sekutu yang didukung Belanda, mengancam kedaulatan Indonesia yang baru saja merdeka.
Akhir Oktober 1945, pasukan Sekutu-Belanda mendarat di Surabaya, mencoba mengembalikan kekuasaan Belanda. Beberapa perundingan antara pemerintah provinsi Jawa Timur dengan Sekutu tidak berbuah perdamaian. Hingga Pasukan Sekutu, yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mallaby, memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerah dan meletakkan senjata. Pada momen kontak senjata, Brigjen Mallaby tewas, pasukan Sekutu-Belanda semakin murka dan situasi makin memanas.
Namun, rakyat Surabaya tidak gentar dan memilih melawan. Para tokoh perjuangan seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, KH Hasyim Asy’ari bersama tokoh perjuangan lainnya membakar semangat dan mengajak semua rakyat Surabaya untuk bersatu dan berani bertempur melawan pasukan Sekutu-Belanda yang ingin merebut kembali Surabaya.
Pertempuran sengit itu melibatkan ribuan rakyat Surabaya dari berbagai kalangan. Bersama Tentara, rakyat Surabaya menggunakan bambu runcing dan senjata seadanya berjuang mati-matian mempertahankan Surabaya dan kemerdekaan Indonesia.
Pada akhirnya, banyak korban jiwa berjatuhan, ribuan rakyat Indonesia gugur dalam pertempuran, ribuan lainnya harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kota Surabaya hancur lebur. Puing-puing bangunan akibat pertempuran ini bisa
reader lihat di komplek
Tugu Pahlawan Surabaya.
Pertempuran berdarah dan keberanian rakyat Surabaya melawan Sekutu-Belanda mencuri perhatian dunia.
Catatan sejarah dari pihak Sekutu/Inggris, memberitakan, serdadu Sekutu/Inggris menjuluki Pertempuran Surabaya atau
The Battle of Soerabaja sebagai inferno atau neraka di timur Jawa.
Pertempuran pada akhir tahun 1945 di Surabaya adalah salah satu pertempuran besar sepanjang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan
Momen pertempuran Surabaya memuncak pada 10 November 1945. Momen heroik yang tercatat, terekam dan banyak disiarkan adalah momen perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo di Hotel Yamato, Surabaya. Mereka merobek bendera Belanda dan hanya menyisakan warna merah putih, sesuai warna bendera Indonesia, Sebagai simbol menolak kembalinya kedudukan Belanda di bumi pertiwi.
Usulan Tokoh Perjuangan Soemarsono
Saat Rapat Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia pada 4 Oktober 1946, Seorang
tokoh perjuangan, Soemarsono, mengusulkan supaya setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Usulan Soemarsono bertujuan agar perjuangan Arek-arek Suroboyo dalam perjuangan maha dahsyat untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia bisa terus dikenang dan diperingati.
Forum pun menyetujui usulan tersebut, pun dengan Presiden Soekarno. Sang Presiden kemudian mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1946 tentang Hari Pahlawan pada 9 Oktober 1946.
Pada tanggal 10 November 1946 menjadi peringatan Hari Pahlawan untuk yang pertama kalinya. Hingga kini Hari Pahlawan senantiasa diperingati pada tanggal 10 November.
Kemerdekaan yang Berkelanjutan
Momen Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun adalah momen yang mengingatkan kita akan pengorbanan besar para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 'Hadiah' kemerdekaan yang mereka wariskan hendaknya kita gunakan sebaik-baiknya. Yuk reader, Kemerdekaan ini kita usahakan terus berkelanjutan dan membawa Indonesia pada kemajuan dan kejayaan di masa-masa mendatang. MERDEKA!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat, setidaknya membuat readers tersenyum :)
Ditunggu feedbacknya di kolom komentar tapi jangan tinggalkan link hidup yaa!