New Post

Resensi Buku: Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa




Dear Readers,

Sebagai pemuda, tepat sekali bila saat ini membaca buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa. Mengapa? Karena Alvi Syahrin-sang penulis-bisa menjadi teman bicara yang asyik dan pengertian. Pengertian? Ya, penulis mengerti benar keresahan yang menjangkiti banyak orang. Keresahan akan masa depan dan mempertanyakan aktualisasi diri.

Penulis menjawab beragam tanda tanya teman bicaranya-pembacanya- dengan story telling dalam buku ini. Perjalanan hidup penulis sebenarnya tak berbeda jauh dengan kebanyakan orang. Berjumpa dengan kegagalan, kesusahan, penolakan dan semacamnya. Rangkaian moment dalam hidup penulis diceritakan pada tiap bab dalam buku ini, sejak lulus SMA hingga sekarang, ia mampu produktif, menulis beberapa buku.

Sinopsis


Masa depan itu ‘seolah’ mulai tampak nyata sejak kita lulus SMA. Sejak itu juga kekhawatiran datang makin mendekat. Memilih perguruan tinggi, jurusan apa yang akan diambil, langsung lanjut kuliah atau jeda dulu. Mengabulkan harapan orang tua atau mengikuti kata hati sendiri.

Tetiba pertanyaan, pilihan dan kebingungan itu membisingkan isi kepala anak lulusan SMA, yang belum lama ini merayakan kelulusannya. Bergembira atas selesainya program sekolah wajib belajar 12 tahun! Kebingungan coba dijawab si penulis dengan diplomatis.

Bila kamu merasa sistem pendidikan Indonesia masih banyak kurangnya, tak kunjung relevan. Kamu akan mendapatkan pandangan penulis dari sudut yang berbeda, yang bisa jadi menggeser keluhanmu. Dan kembali memantikmu untuk meninjau ulang penilaianmu akan sistem tersebut! Akankah tetap jadi hambatan atau tantangan yang bisa ditaklukkan?


Kegalauan pasca lulus SMA



Selepas SMA otomatis orang-orang disekitarmu akan bertanya: “Akan kuliah kemana?” Kalimat tanya sederhana tersebut juga menyiratkan rangkaian pertanyaan penyerta. Dan kebanyakan kita menafsirkannya bahwa kita harus kuliah, kuliah itu keren bila diterima di Perguruan Tinggi Negeri/ PTN. Bahkan, bila mampu kuliah di luar negeri dan memilih jurusan yang berprospek cerah di masa depan.

Rangkaian pertanyaan tersebut mungkin akan dengan mudah dijawab oleh kita, yang berotak encer, menyimpan segudang prestasi, atau punya orang tua kaya. Namun bagaimana bila kita termasuk orang biasa-biasa saja, dengan kemampuan rata-rata? Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan itu sangat mengintimidasi. Karena kita tak punya jawaban yang membanggakan, kenyataan yang menyedihkan atau pilihan yang memalukan.

Hapus kegalauanmu, karena penulis menceritakan beberapa momentnya, bagaimana ia bisa berdamai dengan kenyataan yang tak sesuai harapan. Sekaligus strateginya, ia mampu menambah nilai diri dan agar tidak kalah bersaing dengan mereka yang berhasil.

Ya, tidak berhasil tembus ujian masuk PTN bukan berarti masa depanmu bakal suram! Bagaimana Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa? Hapus keterpurukanmu, karena penulis membuka mata dan melapangkan dada pembacanya dengan kisah perjuangan yang sangat bisa kita imitasi dan kita kerjakan. Hal-hal mendasar yang mungkin luput kita rasa dan kita kerjakan.

Saat usia menginjak 25, kala teman-teman banyak yang menunjukkan pencapaiannya, saat itu moment yang merongrong kapasitas diri. Dimana banyak teman kita menemukan pasangan hidupnya, menduduki jabatan, punya kehidupan yang mapan serta rumah pribadi yang nyaman.

Beberapa parameter kesuksesan mungkin tercentang semuanya pada mereka yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Namun, bagaimana bila hanya satu atau dua parameter saja yang bisa kita capai? Atau bahkan belum satu pun parameter tersebut tercentang hingga sekarang?

Haruskah kita putus asa, malu dan patut meratapi takdir? Penulis membantu kita memaknai arti kesuksesan. Agar tak melulu fokus pada parameter standard yang ‘ditetapkan’ masyarakat, hingga abai pada progress/kemajuan diri. Ciri-ciri orang sukses tak pernah menjadikan uang sebagai tujuan utama. Mereka punya tujuan tinggi, membuat perubahan dan bahkan pembaharuan.

Jika kita tak pernah jadi apa-apa, lalu bagaimana? Bab penutup menjawab pertanyaan esensial tersebut. Memantik kita untuk menyadari keberadaan kita di dunia ini dan memaknai peran yang melekat pada diri.

Apakah selama ini kita tak pernah jadi apa-apa?

Parameter kesuksesan bagi individu

Analisis

Buku ini banyak berkisah tentang perjalanan hidup penulis yang berjumpa dengan kegagalan dan penolakan. Bagaimana ia berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan ditulisnya dengan gaya bahasa story telling. Sebenarnya buku ini mengandung tips-tips praktis dari penulis yang bersifat personil dan bisa diaplikasikan oleh pembacanya dengan mudah. Bagusnya, kita tidak akan merasa sedang membaca buku berisi tips-tips praktis!

Selain poin plus diatas, buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, per bab memuat judul dan isi yang sama sederhananya.

Penulis juga menyajikan jawaban-jawaban atas kegalauan orang, mulai dari masa pasca SMA hingga dewasa. Masa-masa krusial saat akan kuliah dan masa memulai karir banyak diceritakan dengan runut, faktual dan related dengan ‘kebutuhan’ pembaca.

Pembaca bisa memahami isi buku ini tanpa kesusahan, karena cerita/bahasan per bab ditulis cukup singkat, padat namun sarat makna. Bahasa yang digunakan sederhana. Isi yang dibahas dalam satu judul per bab-nya juga singkat. Sehingga mudah dipahami pembaca.

Selain tips-tips hidup, buku ini juga tersurat banyak makna yang bisa menjadi bahan refleksi, renungan dan evaluasi pembacanya.

Topik yang diangkat dalam buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Aparelevan dengan masalah yang jamak dialami orang, khususnya orang muda. Bagusnya buku ini membagi satu topik besar menjadi banyak bab. Tiap bab memuat judul dan isi yang berkaitan.

Kekurangan buku ini isinya cukup dangkal. Penulis hanya menceritakan berdasar pengalaman pribadi. Perjalanan hidupnya memang pantas dibagikan ke banyak orang sebagai inspirasi. Akan lebih baik bila buku ini juga menambahkan kajian literatur yang berkaitan dengan topik isi buku.

Pembahasan juga akan lebih mendalam bila ditambahkan beberapa teori psikologi dan filosofi hidup yang relevan dari tokoh penting dan atau filsuf. Seputar makna kehidupan, hubungan sebab-akibat, serta esensi penciptaan.

Evaluasi

Judul buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa cukup menarik dan dengan jelas menyuratkan isi bukunya berisi jawaban jika kita (merasa) tak pernah jadi apa-apa. Memuat jawaban atas kebisingan isi kepala kita: kenapa kita merasa begitu, bagaimana cara menerima kegagalan dan menjadi pemenang kehidupan, dan pertanyaan-pertanyaan serupa.

Kesederhanaan judul dan isi buku ini membuat buku ini bisa diterima, dinikmati dan dipahami oleh banyak kalangan, bahkan oleh orang yang tidak terbiasa membaca buku. Baik itu kalangan terpelajar hingga orang awam, mudah memahami isi buku ini. Ini salah satu kekuatannya. Bisa diterima, dipahami dan diimplementasikan oleh pembacanya, membuat misi buku ini tercapai. Yakni, menjadi teman bicara pembacanya yang butuh curahan hati dan kegundahan tentang masa depan dan hidup yang terasa ‘biasa-biasa’ saja.

Bagi pembaca buku tingkat lanjutan, buku ini ibarat camilan yang ringan, renyah, pas namun kurang mengenyangkan.

Menarik juga membaca perjalanan hidup penulis yang (sebenarnya) rata-rata dialami oleh banyak orang, namun ia bisa menambah nutrisi dan bumbu yang membuat hidupnya jadi lebih nyaman. Baiknya, ia sudi membagi resep itu pada pembacanya. Jadi, patut kita ‘re-cook resep’ tersebut dalam meracik kehidupan ini.

Sebagai pembaca buku aktif, selayaknya saya beri bintang tiga pada buku ini.


Baca juga: 

Penutup/Kesimpulan


Buku buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin dibutuhkan oleh banyak orang, terutama orang muda, mulai dari anak SMA hingga dewasa muda. Bahasa dan isinya yang sederhana bisa menjadi pilihan banyak orang, pembaca pemula dan bahkan belum terbiasa membaca buku. Memenuhi kebutuhan akan penerimaan diri dan takdir yang sudah digariskan

Buku ini juga bisa menjadi pilihan bagi pembaca yang menggemari tema pengembangan diri dan filosofi hidup.

Walau judul, bahasa dan muatan buku ini sederhana namun sarat makna. Tak sedikit bagian dari bahasan buku ini membuat pembacanya berefleksi dan meninjau kembali pemaknaan hidup ini.

Pastinya, buku ini menginspirasi, baik dibaca untuk mengisi hati dengan muatan yang lebih bersih, optimis dan reflektif.



Identitas Buku


Judul buku: Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Pengarang: Alvi Syahrin

Penerbit: Gagasmedia

Halaman Buku: 229 Halaman

Komentar

Postingan Populer