Langsung ke konten utama

New Post

Sibuk atau Produktif

Sibuk atau Produktif Istilah sibuk atau produktif tak melulu identik dengan perempuan pekerja atau wanita karier. Seorang full time mom  atau ibu rumah tangga juga sangat bisa terjangkiti istilah happening ini. Adalah hal yang lazim, pada zaman internet of things saat ini, perempuan dan semua orang bisa bekerja dan berkarya dari mana saja. Dari rumah, cafe , perpustakaan, kamar hotel, dapur, gudang dan bahkan dari taman bermain, Semua bisa 'bekerja' dengan atau tanpa tersambung dengan internet. Tak lagi terkotak-kotak pada ruang kerja, kubikel, kantor atau pabrik. Sebab itulah seorang perempuan atau ibu rumah tangga, sangat bisa bekerja atau produktif dari rumah. Caranya? Mari kita maknai dulu arti kata produktif! Sibuk atau Repetisi Tak Berujung Peran seorang ibu rumah tangga tentu jamak. Disamping sebagai individu, juga melekat peran sebagai istri, ibu, saudara, anak dari orang tuanya. Beragam peran yang diemban oleh ibu rumah tangga berkonsekuensi dari banyaknya tugas pera

Kartini: Kisah Hidup Seorang Perempuan Inspiratif

Wicaksana, Anom Whani. 2019. Kartini: Kisah Hidup Seorang Perempuan Inspiratif. C-Klik Media


Garis besar hidup pejuang perempuan dituliskan dibuku ini. Digambarkan kota Rembang, kota dimana Kartini menutup mata tuk selama-lamanya. Kota terakhir beliau memperjuangkan pendidikan untuk kaumnya dan mewujudkan cita-cita luhurnya. Meski belum lama mendiami kota ini, namun disinilah jasad beliau dimakamkan, menutup kisah hidup dan perjuangannya. Kartini lahir di Jepara, kota pesisir yang tak jauh dari Rembang. Anak dari seorang bupati Jepara. Kemudian suatu hari hijrah ke Rembang, mengikuti suaminya, seorang Bupati Rembang. 

Kartini adalah keturunan priyayi, bangsawan Jawa. Kakek, paman dan beberapa saudara ayahnya juga seorang pejabat kota/kabupaten di Jawa. Berawal dari Kakeknya, pertemuan dengan pendidikan Barat, menyadari betapa pentingnya pendidikan diwariskan pada anak dan keturunannya. Berusaha semua anak dan keturunannya menikmati dan mengenyamnya agar tidak mengalami keturunan. Maka garis keturunan dibawahnya merupakan anak-anak bangsa, pejabat daerah yang mengeyam pendidikan Barat, mahir berbahasa Belanda dan menjabat kekuasaan daerah. Hingga pada ayahanda Kartini, yang menduduki posisi Bupati di Jepara.

Diceritakan tentang sosok ayahanda dan ibu kandungnya. Persatuan antara keluarga nigrat dan rakyat biasa. Hingga melahirkan Kartini yang berakhlak mulia. Sosok saudara, saudari, guru, suami dan putra semata wayangnya juga dihadirkan kisahnya, bagaimana pengaruhnya juga sepak terjang perjuangan mereka dengan atau tanpa Kartini. Bisa dibilang, keluarga yang berpendidikan dan menjunjung tinggi adat istiadat Jawa. Keturunannya mengenyam sekolah, hingga tinggi bahkan sampai keluar negeri, tadi tidak dengan anak-anak perempuannya. Dibatasi hanya sampai sekolah dasar. Namun Kartini, tak menerima aturan dengan mentah. Meski tak diijinkan bersekolah lagi, beliau terus semangat belajar, membaca banyak buku, surat kabar. Berlatih bahasa Belanda dengan bercakap dan berkorespondensi dengan teman-teman Belandanya. Beberapa diceritakan singkat tentang pertemanan ini.

Tercetus dari apa yang berlaku pada diri dan sekitarnya. Banyak aturan yang kurang memanusiakan perempuan. Dari yang tidak diperbolehkan sekolah, dipingit setelah berusia 12 tahun, tidak bisa memilih laki-laki yang kan menjadi suami, dipoligami, dinikahkan muda, dan lain sebagainya. Kartini tak membiarkan ini terus berlaku pada diri dan kaumnya. Dengan pemikiran luasnya, Kartini dan dua saudarinya berjuang merubah beberapa tatanan adat yang kurang berpihak pada hak-hak kemerdekaan perempuan. Dengan kekuatan dan pengetahuannya, Kartini menyatakan gagasan dan cita-citanya, perempuan haruslah berpendidikan dan berpengetahuan. Agar bisa berdaya merubah keadaan dirinya sendiri, mendidik keturunannya dengan lebih baik, mengelola keluarga dengan lebih cerdas, mempertahankan hak-haknya dari kesewenangan pria.

Diawali dari mengajari para perempuan di lingkungan kabupaten, tempat tinggalnya. Berkorespondensi dan diplomasi dengan para pejabat di pemerintahan Belanda. Menerbitkan tulisan-tulisan gagasan, keberatan, aspirasi, prosa, sastra, ulasan bahkan pemasaran bermacam karya rakyat serta karya-karya pribadinya. Perjuangan ini terus dikerjakan hingga akhir hayatnya. Sekolah perempuan pertama kali beliau dirikan di lingkungan kabupaten Rembang, tempat suaminya menjabat. Namun, usianya cukup singkat, tutup usia saat masih muda. Namun, sekolah dan cita-cita mulianya tetap ada bahkan menjamur makin banyak karena perjuangannya didukung oleh saudari dan pejabat pemerintahan Hindia Belanda, JH.Abendanon yang merupakan teman korespondensinya. 

Semenjak itu, pendidikan mulai bisa dan banyak dinikmati perempuan pribumi, hak-hak perempuan diperhatikan, emansipasi terbit, perempuan makin memberikan banyak arti untuk perjuangan, memajukan pendidikan pada generasi. Melahirkan keturunan yang kuat dan cerdas, memberi sumbangsih yang besar pada kemerdekaan bangsa. Tentu, kisah perjuangan beliau sampai pada perubahan besar bagi perempuan, panjang dan beragam. Tertuang dalam buku ini, kisah beliau menentang feodalisme jawa dan bahasa kolonial. Serta, kata-kata inspiratif yang dikutip dari surat-suratnya, menginspirasi pembacanya. Disamping juga kepribadiannya yang luhur, kebiasaannya yang produktif dan baik, sepatutnya jadi teladan bagi laku hidup kita, khususnya kaum hawa. 

Buku Kartini: Kisah Hidup Perempuan Inspiratif
Buku Kartini: Kisah Hidup Perempuan Inspiratif


Komentar

Postingan Populer