Langsung ke konten utama

New Post

Buku Guru Aini

 Dear Reader,  Karya Andrea Hirata Membaca judul bukunya saja kita bisa menebak, buku Guru Aini bercerita tentang pendidikan. Absolutly correct!  Bila reader membaca buku-buku Andrea Hirata , benang merah buku-buku beliau adalah kisah pendidikan. Isu pendidikan masih banyak sisi yang bisa diulik menjadi cerita menarik. Terlebih bila kisah itu diangkat dari para manusia yang tersisih. Bisa dinilai, lebih banyak menyentuh hati.  Salah satu penulis kebanggan Indonesia ini konsisten mengangkat kisah perjuangan anak-anak negeri meraih pendidikan tinggi. Bermula daerah tertinggal bercita-cita menembus dunia. Berusaha mengubah garis tangan orang-orang biasa menjadi pemenang kehidupan. Andrea Hirata tak pernah gagal memompa semangat dan melambungkan harapan. Selalu suka dengan buku-bukunya! Bu Guru Desi Hal ini juga ditemui pada buku Guru Aini. Kisah heroik itu berasal suatu pulau terpencil di Sumatera, perlu puluhan jam menempuhnya, dengan bis dan kapan lau...

I feel in the Jungle of Knowledge....

 Aliran Rasa Tahap Ulat-Ulat


Aha! ternyata aku suka hal-hal baru, belajar yang lain dari itu dan santai aja bila jalannya sedikit belok, berliku dan tak terburu-buru menuju goal impian. 

Seru! itu satu rasa yang bold dan dominan terasa saat menjelajahi the Jungle of Knowledge dalam Hutan Kupu Cekatan. 

Mencari, menggali, menemukan, membagi dan mengemas pengetahuan dengan cara yang beragam. Rasanya luar biasa. Ada rasa wah, semangat, tanda tanya, gemas, mau menyerah, gado-gado pokoknya! Namun hal itu yang membuat penjelajahan terasa nikmat, penuh rasa dan pengalaman. 

Diawali dengan persiapan dan pendataan bekal apa yang sudah ada/punya dan bekal yang diperlukan. Dengan demikian tau 'makanan' apa yang dibutuhkan selama penjelajahan menuju goal tujuan. Tak kalah penting, makanan/bekal yang kita punya, dibagi dulu, tuk meringankan beban tas ranselmu.

Mengemas bekal dalam tahap gua pengetahuan adalah yang paling berkesan. Dimana hanya suara dan cahaya yang bisa 'bekerja'. Keluar dari zona nyaman yang selama ini hanya mampu menulis. Mengemas bekal menjadi potluck suara tidaklah mudah (untuk saya). Beberapa kali harus take vokal, karena bicara yang sering belibet bin bulet, hehehe...lalu cari cara untuk bisa upload ke platform yang bisa load ke media sosial.  Maka berseluncurlah...dan berkenalan dengan Anchor dan Podcast. Meramu menjadi potluck suara 3 menit saja itu sungguh luar biasa perjuangan!😅 Baru suara saja, belum video, makin mati gaya akunya, hahaha! Next ada keinginan mengulang proses take record ini, musingin sekaligus nagihin, hihihi...

Next step, kita, seluruh penjelajah Hutan Kupu Cekatan direformasi, menjadi grup baru, membentuk keluarga yang se-passion, se-tema belajar. Wah ini makin menyenangkan! Berkumpul dengan keluarga Literasi, saling melihat mindmap dan kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Ada yang beririsan dan ada juga yang tidak. Jadi acuan materi/makanan utama yang bisa dinikmati bersama sekeluarga. Berkumpul dengan anggota keluarga yang beragam bekalnya, membuatku banyak makan camilan. Karena itulah yang banyak tersajikan. But its okay, camilannya enak-enak, kenyang juga! Makanan utama tak dicari dulu karena udah kekenyangan. Pesta di kebun Apel juga seru! banyak potluck dibagikan langsung/live fresh from di oven. Di satu waktu akupun melahap camilan dari keluarga lain yang nampak nikmat. Tambah kenyang, tambah bahagia😊

Sampai di camping ground bertemu lagi dengan penjelajah lain, saling berkenalan dan berbincang. Beristirahat, menikmati pemandangan penuh makna. Kembali menyenangkan, bertemu teman baru, cerita baru dan tentu ada insight baru disitu. Kini aku tak hanya mengenal teman se-regu, ada teman dari keluarga baru dan juga kenalan baru. Itu sungguh seru!

Berbagi dengan teman-teman baru sesuai yang dia butuh sungguh butuh effort untukku. Karena sejak etape ketiga aku banyak nyamil dan jarang sentuh makanan utama. Ditambah keharusan membuat potluck untuk teman-teman baru. Akupun makin limbung, mencicipi makanan baru. Ada kalanya harus mencari menu-menu dan meramu. Sungguh menghabiskan fokus dan waktu. Kujalani dan kunikmati saja. 

Hingga tas ransel dibuka, dibongkar, terlihat begitu banyak bekal camilan memenuhinya. Sedikit sekali yang bisa masuk list peta pikiran yang telah ditetapkan. Benar-benar tak ada waktu untuk menyentuh dan mengunyah  makanan utama. Ini juga bisa karena aku belum pintar dalam hal manajemen waktu dan fokus. Sungguh PR besar bagiku. 

Bekal yang kudapat selama penjelajahan di Hutan Kupu Cekatan tak begitu banyak yang kubutuhkan menuju goal impian. Namun enjoy saja. Beragam pengalaman dan pengetahuan yang kutemui juga ada hikmah dan manfaat yang bisa dipetik dan dinikmati💓


Komentar

Postingan Populer